A.
Latar Belakang Masalah
Dalam
dunia kependidikan, persoalan yang berkenaan dengan guru dan jabatan guru
senantiasa menjadi salah satu pokok bahasan yang mendapat tempat tersendiri di
tengah-tengah ilmu kependidikan yang begitu luas dan kompleks. Sehubungan
dengan kemajuan pendidikan dan kebutuhan guru yang semakin meningkat, baik
dalam mutu maupun jumlahnya, maka program pendidikan guru menjadi prioritas
pertama dalam program pembangunan pendidikan di negara kita.
Tidak
semua orang dewasa dapat dikategorikan sebagai pendidik atau guru, karena guru
harus memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap calon
pendidik atau guru sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional, bahwa untuk dapat diangkat sebagai tenaga pengajar, tenaga
pendidik yang bersangkutan harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi
sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.[1]
Belajar
mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan
siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan tertentu. Dalamproses belajar mengajar selalu ditekankan
pada pengertian interaksi yaitu hubungan timbal balik antara guru dengan murid,
hubungan interaksi antara guru dengan murid ini harus diikuti oleh tujuan
pendidikan.
Dalam
upaya membantu murid untuk mencapai tujuan, maka guru harus memaksimalkan peran
sebagai guru yang berkompeten, diantaranya mengembangkan bahan pelajaran dengan
baik, meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dengan menggunakan
strategi pembelajaran yang tepat.
Harus
disadari bahwa mengajar dan belajar mempunyai fungsi yang berbeda, proses yang
tidak sama dan terpisah. Perbedaan antara mengajar dan belajar bukan hanya
disebabkan karena mengajar dilakukan oleh seorang guru sedangkan proses belajar
berlangsung di dalamnya. Bila proses belajar mengajar berjalan secara efektif,
itu berarti telah terbina suatu hubungan yang unik antara guru dan murid,
proses itu sendiri adalah mata rantai yang menghubungkan antara guru dan murid.[2]
Kehadiran
guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap memegang peranan
penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh
mesin, radio, tape recorder, ataupun oleh komputer yang paling modern
sekalipun. Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem
nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan, dan lain- lain yang diharapkan merupakan hasil
dari proses pengajaran, tidak dapatdicapai melalui alat-alat tersebut. Di
sinilah kelebihan manusia dalam hal ini guru, dari alat-alat atau teknologi
yang diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah kehidupannya.[3]
Adapun
kompetensi guru merupakan kemampuan dan kewenangan seorang guru dalam
melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab terkait dengan
profesi keguruannya. Karena jabatan guru merupakan pekerjaan profesi, maka
kompetensi guru sangatlah dibutuhkan dalam proses belajar mengajar.
Dalam
kaitannya dengan pendidikan, kompetensi menunjukkan kepada perbuatan yang
bersifat rasional untuk mencapai suatu tujuan yang sesuai dengan kondisi yang
diharapkan. Kompetensi ini diperoleh melalui proses pendidikan atau latihan.
Salah satu faktor yang paling menentukan berhasilnya proses belajar mengajar
adalah guru, seorang guru perlu memiliki kompetensi untuk mengorganisasi
ide-ide yang dikembangkan di kalangan peserta didiknya sehingga dapat
menggerakkan minat dan semangat belajar mereka.
Evaluasi
merupakan tahapan setelah proses belajar-mengajar dilaksanakan, dengan demikian
lengkaplah siklus belajar-mengajar sebagai suatu proses yang interaktif
edukatif, mulai dari perumusan tujuan sampai kepada penyediaan sarana pedukung
interaksi.
Dalam
kegiatan belajar mengajar, interaksi antara guru dan anak didik merupakan
kegiatan yang dominan. Dalam kegiatan itu, guru tidak hanyamentransfer ilmu
pengetahuan, tetapi juga mentransfer nilai-nilai lepada anak didik sebagai
subyek yang belajar. Kegiatan itu melibatkan komponen- komponen yang antara
satu dengan yang lanilla saling menyesuaikan dan menunjang dalam pencapaian
tujuan belajar bagi anak didik. Dengan demikian, dalam kegiatan interaksi
belajar mengajar, metode bukanlah satu- satunya, tetapi faktor anak didik,
guru, alat, tujuan, dan lingkungan juga turut menentukan interaksi tersebut.[4]
Dalam
kaitannya dengan peserta didik pada usia dini, maka guru hendaknya memiliki
pemahaman yang lebih baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik. Guru
dituntut untuk memantau pertumbuhan fisik dan mengeksplorasi potensi yang
dimiliki anak, karena pada usia ini kecerdasan mereka sedang berkembang dengan
pesat.
Salah
satu faktor rendahnya mutu pendidikan di negara kita adalah disebabkan tenaga
pendidik yang kurang berkompeten. Sehingga upaya untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa sukar untuk di wujudkan dan pada akhirnya kebodohan akan berdampak pada
kemiskinan. Untuk itu, maka guru sebagai komponen pendidikan harus menunjukkan
kualitasnya sebagai tenaga pendidik yang ahli dibidangnya.
Fenomena
yang sering terjadi, tenaga pendidik khususnya di tingkat MTs (Madrasah
Tsanawiyah) belum memenuhi kualifikasi sebagai guru yang berkompeten, khususnya
kompetensi pedagogik yang berkaitan dengan pengelolaan pembelajaran. Misalnya
guru belum mampu memanfaatkan teknologi pembelajaran atau belum mampu menyusun
rancangan pembelajaran dengan baik. Padahal guru tidak lagi bertindak sebagai
penyaji informasi tetapi juga harus mampu bertindak sebagai fasilitator,
motivator, maupun pembimbing yang senantiasa berupaya memaksimalkan
perkembangan potensi yang dimiliki peserta didik.
Dengan
demikian seorang guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang unggul
dibidangnya, baik itu kompetensi pedagogik, kepribadian, social maupun
kompetensi profesional harus dimiliki oleh seorang guru selaku tenaga pendidik.
Masalah kompetensi pedagogik guru merupakan salah satu dari kompetensi yang
harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun.
Berdasarkan
latar belakang tersebut diatas, maka penulis berupaya untuk mengkaji lebih
dalam terhadap permasalahan tersebut dan dituangkan dalam bentuk skripsi yang
berjudul “ Upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar Di MTs MALNU Kananga-Pandeglang”.
B.
Identifikasi dan Pembatasan Masalah
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka
tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.
Untuk
mendeskripsikan kompetensi pedagogik guru dalam proses belajar mengajar di MTs MALNU
Kananga-Pandeglang
2.
Untuk
mendeskripsikan upaya peningkatan kompetensi pedagogic guru dalam proses
belajar mengajar di MTs MALNU Kananga-Pandeglang
3.
Untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi upaya peningkatan kompetensi
pedagogik guru dalam proses belajar mengajar di MTs MALNU Kananga-Pandeglang
2.
Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan
penelitian yang telah disebutkan, maka dalam penelitian ini diharapkan berguna
bagi lembaga, bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan bagi penulis.
1.
Bagi Ilmu
Pengetahuan
Hasil
penelitian ini diharapkan menjadi acuan untuk meningkatkan mutu pendidikan,
serta mampu mendiagnosa problem yang terjadi dalam dunia pendidikan, sehingga
pada pelaksanaannya tidak bersifat teoritis saja melainkan bagaimana
pelaksanaan di lapangan.
2.
Bagi
Lembaga
Penelitian
ini diharapkan dapat dijadikan sebagai ikhtisar pengetahuan bagi semua pihak
yang berkorelasi dengan dunia pendidikan khususnya dan dapat dijadikan masukan
bagi sekolah pada umumnya serta bagi para guru agar dapat dijadikan acuan dalam
upaya meningkatkan kompetensi pedagogik guru, sehingga proses belajar mengajar
berlangsung dengan efektif dan efisien dan dapat mencapai tujuan yang
diharapkan.
3.
Bagi
Peneliti
Untuk memperkaya
khasanah pemikiran dan memperluas wawasan dalam bidang pendidikan, khususnya
dalam meningkatkan kompetensi guru, serta dapat dijadikan pijakan sebagai calon
sarjana yang dituntut siap terjun dalam dunia pendidikan.
D.
Langkah-langkah Penelitian
1.
Tempat dan Waktu
Lokasi penelitian adalah tempat dimana
penelitian akan dilakukan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan
berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam hal ini, lokasi penelitian adalah
MTsN Pohjentrek-Pasuruan.
2.
Sumber Data
Menurut Lofland, yang dikutip oleh Moleong,
sumber data penelitian yang kualitatif adalah kata-kata atau tindakan,
selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumen, dan lain-lain. Berkaitan
dengan hal itu, pada bagian itu, pada bagian ini, jenis datanya terbagi menjadi
kata-kata dan tindakan , sumber data tertulis, dan foto.
1.
Kata-kata
dan Tindakan.
Kata-kata
dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data
utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui
perekaman video/audio tapes, pengambilan foto, atau film. Pencatatan data utama
melalui wawancara atau pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha gabungan
dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya.[5]
Dalam penelitian ini, penulis mengambil data dengan melakukan wawancara dengan
pengurus yayasan/ kepala sekolah dan para guru di MTs MALNU Kananga-Pandeglang.
2.
Sumber
Tertulis
Sumber
tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip,
dokumen pribadi dan dokumen resmi.[6]
Untuk mendapatkan sumber tertulis, penulis meminta izin mengambil data dari
arsip dan dokumen MTs MALNU Kananga-Pandeglang.
3.
Foto
Foto
sudah banyak dipakai sebagai alat untuk keperluan penelitian kualitatif karena
dapat dipakai dalam berbagai keperluan. Foto menghasilkan data deskriptif yang
cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan
hasilnya sering dianalisis secara indukatif.[7]
Di sini peneliti mendapatkan sumber data
langsung dari subyek penelitian yaitu kepala sekolah dan guru-guru di MTs MALNU
Kananga-Pandeglang sebagai sumber informasi yang dicari untuk mendapatkan data
bagaimana upaya meningkatkan kompetensi pedagogik guru dalam proses belajar
mengajar di MTs MALNU Kananga-Pandeglang. Selain itu juga data berupa dokumentasi
dan gambar.
3.
Alat Pengumpul Data
Untuk data yang sesuai dengan masalah dan obyek
yang diteliti, maka dalam teknik pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa
metode antara lain:
1.
Metode Observasi
Observasi
atau pengamatan adalah teknik pengumpulan data, yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala- gejala yang diselidiki.[8]Peneliti
menggunakan observasi sistematik, cirri pokok observasi sistematik adalah
adanya kerangka yang memuat faktor- faktor yang telah diatur kategorinya,
karenanya sering disebut observasi berkerangka/observasi berstruktur.[9]
Metode
observasi ini penulis pergunakan untuk memperoleh data tentang keadaan MTs
MALNU Kananga-Pandeglang dan kompetensi pedagogik guru di MTs MALNU
Kananga-Pandeglang yang meliputi observasi kompetensi pedagogik yang dimiliki
guru, upaya yang dilakukan dalam peningkatan kompetensi pedagogik guru, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru.
2.
Metode Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang
artinya barng-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi,
peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan- peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.[10]
Dokumen yang dicari berupa dokumen-dokumen
sekolah yang dijadikan obyek penelitian, selain itu metode ini dipergunakan
untuk mengetahui dan mengungkap data latar belakang obyek seperti data guru,
siswa, fasilitas dan lainnya.
4.
Metode Interview ( wawancara )
Interview yang sering juga disebut dengan
wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Interview digunakan
oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang. Penelitian ini menggunakan
interview bebas, dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga
mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan.[11]
Dalam pembahasan skripsi ini, interview
dilakukan dengan kepala sekolah, dan para guru. Wawancara dalam penelitian
digunakan untuk memperoleh data tentang upaya yang dilakukan oleh
lembaga/yayasan, kepala sekolah, maupun guru itu sendiri dalam peningkatan
kompetensi pedagogik guru dalam proses belajar mengajar di MTs MALNU
Kananga-Pandeglang.
E.
Teknik Analisis Data
Dalam
menganalisis permasalahan ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif
dengan beberapa tahapan yaitu identifikasi. Klasifikasi selanjutnya dilakukan
interpretasi dengan menggunakan pendekatan-pendekatan kualitatif dan
menganalisa ata untuk mendapatkan
keterangan yang mendalam dari obyek yang bersangkutan.
Adapun
maksud dari tahapan-tahapan tersebut diatas adalah : Tahap pertama, yaitu
identifikasi dengan mengenal dan mengetahui lingkungan yang diteliti baik
internal maupun eksternal. Peneliti disini harus mengetahui dan mengenal
keadaan obyek penelitian.
Tahap
kedua, klasifikasi yaitu peneliti mengolong-golongkan dan mengoreksi sumber
data apa yang dibutuhkan. Tahap ketiga, interpretasi yaitu peneliti menafsirkan
metode yang akan digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dengan
menggunakan pendekatan-pendekatan kualitatif.
F.
Sistematika Pembahasan
Pembuatan
skripsi ini dikemukakan dengan sistem pembahasan. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah pembaca dalam memahami gambaran secara global dari seluruh skripsi
ini. Adapun sistematika pembahasan ini ada enam bab dan tiap bab terdiri dari
beberapa sub yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan.
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan sekitar masalah yang dibahas
dalam penulisan ini yang bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap
masalah-masalah yang dibahas dan fungsi sebagai landasan dalam melaksanakan
penelitian lapangan. Permasalahan meliputi latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian dan manfaat penelitian, ruang lingkup pembahasan, definisi
operasional, dan sistematika pembahasan.
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan secara rinci tentang
kompetensi pedagogik guru, yang meliputi: Pertama, pengertian kompetensi,
kompetensi pedagogik, indikator kompetensi pedagogik guru. Kedua, tentang
proses belajar mengajar, yang meliputi: pengertian proses belajar mengajar,
tujuan dalam proses belajar mengajar, metode dalam proses belajar mengajar.
Ketiga, upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru. Dan keempat, faktor-faktor
yang mempengaruhi upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru dalam proses
belajar mengajar.
BAB III. METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang bagaimana cara
peneliti memperoleh hasil penelitian yang bertujuan mempermudah dalam
penelitian di lapangan. Bab ini meliputi pendekatan dan jenis penelitian,
kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data,
teknik analisa data, pengecekan keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.
BAB IV. HASIL PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian
yang didapatkan oleh peneliti di lapangan, bab ini meliputi latar belakang
obyek penelitian yang terdiri dari: sejarah singkat berdirinya RA Al-Ikhlas
Sukodadi Lamongan, visi dan misi, struktur organisasi, keadaan guru, keadaan
siswa, sarana dan prasarana, dan letak geografis. Penyajian data, meliputi
kompetensi pedagogic guru dalam proses belajar mengajar di MTs MALNU
Kananga-Pandeglang, upaya meningkatkan kompetensi pedagogik guru, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru
dalam proses belajar mengajar di MTs MALNU Kananga-Pandeglang .
BAB V. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang pembahasan hasil
penelitian yang didapatkan oleh peneliti di lapangan. Pada bab ini akan
membahas temuan- temuan penelitian yang telah dikemukakan dalam sebelumnya yang
mempunyai arti penting bagi keseluruhan penelitian, untuk menjawab permasalahan
yang ada dalam penelitian ini.
BAB VI. PENUTUP
Bab ini menjelaskan secara
global dari semua pembahasan skripsi dengan menyimpulkan semua pembahasan dan
memberi beberapa saran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran selanjutnya.
Tujuannya mempermudah pembaca untuk mengambil inti sari dari pembahasan skripsi
ini.
[1] Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra
Umbara, 2003), hlm. 29
[2] Thomas Gordon, Guru Yang Efektif: Cara Untuk Mengatasi
Kesulitan Dalam Kelas, (Jakarta: Rajawali, 1990), hlm. 3
[3] Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), hlm. 12
[4] Saiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi
Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), hlm. 100
[5] Ibid,
hlm. 157
[6] Ibid, hlm. 159
[7] Ibid,
hlm. 169
[8] Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), hlm. 70
[9] Ibid,
hlm. 72
[10] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendektan
Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 158
[11] Ibid, hlm 155-156
Tidak ada komentar:
Posting Komentar