BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dengan maraknya reformasi di
tanah air kita sekarang ini, adalah suatu upaya untuk menyikapi krisis total
yang telah melanda bangsa. Upaya untuk keluar atau lepas dari belenggu krisis
ini bukanlah masalah yang mudah dan sederhana, melainkan salah satu tanggapan
besar yang dihadapi bangsa ini, termasuk didalamnya krisis pendidikan dalam
arti yang seluas-luasnya. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan peningkatan
dan pengembangan kualitas mental dan intelektual suatu bengsa.
Islam memandang pendidikan sebagai
kebutuhan primer bagi kelangsungan hidup bangsa. Al-qur’an dalam wahyunya yang
pertama kali turun, memerintahkan adanya belajar bagi seluruh manusia dengan
firmannya surat Al-‘Alaq ayat 1-5:
ا قر أ با سم ر بك الذ ى خلق (1)
خلق الا نسا ن من علق (2) اقرأ وربك الا
اكرام (3) الذي علم بالقلم (4) علم الا نسا ن ما لم يعلم (5) . العلق : 1- 5 .
Artinya: “(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
yang menciptakan.(2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3)
Bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah. (4) Yang mengajari (manusia)dengan
perantara kalam.(5) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui”.[1]
Arti dari ayat di atas baik implicit
maupuan eksplisit menjelaskan bahwa Allah meniciptakan mahluknya
dari unsur yang hina, kemudian memuliakannya dengan mengajarkan membaca dan
menulis serta memberinya pengetahuan.
Perintah membaca dan mengulanginya
sampai tiga kali pada ayat pertama tersebut mengandung interprestasi
betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, baik dalam upaya
meraih kesempurnaan hidup di dunia maupun di akhirat.
Tidak seorangpun menyangkal bahwa ilmu pengetahuan itu
diperoleh melalui proses pendidikan. Pendidikan sebagai usaha sadar haruslah
terencana, terprogram dengan tujuan idealnya mencapai kedewasaan terdidik baik
rohani maupun jasmani.
Untuk tujuan itu, sejak dini
pemerintah Indonesia mencanangkan kecerdasan bangsa sebagai bagian tujuan pokok
kemerdekaan Negara. Hal ini dijabarkan dalam batang tubuh UUD 1945 Bab XIII
pasal 31 ayat 1 dan 2 tentang pendidikan, yaitu:
1
Tiap-tiap
warga Negara berhak mendapatkan pengajaran.
2
Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan suatu system pengajaran nasional yang diatur
dengan undang-undang.[2]
Berdasarkan kepada beberapa alasan di
atas pentingnya pendidikan, timbul suatu pertanyaan siapakah yang bertanggung
jawab atas terlaksananya pendidikan itu?
Untuk menjawab pertanyaan di atas,
dapatlah dukemukakan di sini apa yang tertuang di dalam GBHN. Tap MPR No.
II/MPR/1983 walaupun MPR tersebut sudah di ressformasi, namun hasil
pemikirannya masih sangat relevan dalam penulisan ini, yang menyatakan
bahwa: “pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di lingkungan
rumah tangga, sekolah dan masyarakat, karena itu pendidikan adalah tanggung
jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah”.[3]
Sejalan dengan statemen
tentang tanggung jawab pendidikan pada tiga lembaga tersebut adalah pendapat Ki
Hajar Dewantara yang dikenal dengan sebutan Tri Pusat Pendidikan, pendidikan
keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan masyarakat. Menurut pendapat beliau
pendidikan keluarga adalah mendasari kedua pendidikan yang lain, karena
pendidikan keluarga adalah yang utama dan pertama yang dikenal oleh anak.
Pendapat tentang penting dan utamanya
pendidikan keluarga dibenarkan oleh ajaran agama islam, bahwa hitam putihnya
seorang anak banyak ditentukan oleh ulah tangan kedua orang tuanya.
Merupakan salah satu kesalahan besar
bagi orang tua bila tidak mampu mendidik anak-anaknya dengan baik, tidak mampu
mewariskan nilai-nilai luhur akhlaqul karimah kepada anaknya, tidak membiasakan
kepada anak nilai-nilai agama dan budaya bangsa seutuhnya, sehingga anak
nantinya tersisih karena tidak berprestasi dan kalah bersaing dengan bangsa
lain segenerasinya.
Memang ada anggapan sementara
masyarakat khususnya orang tua bahwa setelah anak berusia cukup sekolah,
kemudian memasuki pendidikan formal itu, maka pada saat itulah tanggung jawab
orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya dianggap berakhir dan beralih ke
tangan para guru di sekolah. Disinilah suatu problem, bahwa orang tua tidak
boleh sepenuhnya menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak-anaknya kepada
sekolah. Sebab proses pendidikan itu tidak bisa terlepas dari mekanisme kerja
dan partisipasi orang tua. Sekalipun orang tua tidak membantu langsung dalam
bidang studi minimal orang tua memberikan bimbingan baik dalam bentuk motivasi,
pengaturan waktu belajar, menyediakan fasilitas serta bantuan-bantuan lainnya
dalam belajar anak. Dengan demikian aktivitas dan pengajaran sekolah dapat
terbantu dengan baik.
Atas dasar ini semua, penulis
memandang perlunya keterlibatan orang tua secara aktif di dalam bimbingan
anak-anak mereka. Aktif belajar di rumah, agar dapat berprestasi tinggi di
dalam proses mencapai kedewasaan.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas adalah sebagai
berikut:
1
Adakah korelasi
antara bimbingan orang tua dalam memberikan motivasi belajar dengan aktivitas
belajar di sekolah bagi siswa MTs Miftahul Ulum Kecamatan Lenteng Kabupaten
Sumenep.
2
Adakah korelasi
antara bimbingan orang tua dalam mengatur waktu belajar dengan aktivitas
belajar di sekolah bagi siswa MTs Miftahul Ulum Kecamatan Lenteng Kabupaten
Sumenep.
3
Adakah korelasi
antara bimbingan orang tua dalam menyediakan fasilitas belajar dengan aktivitas
belajar di sekolah bagi siswa MTs Miftahul Ulum Kecamatan Lenteng Kabupaten
Sumenep.
Dari tiga hal tersebut di atas, dapat
dijadikan indicator ada atau tidaknya korelasi antar bimbingan
orang tua dalam belajar dengan aktivitas belajar siswa di sekolah yang akan di
bahas dalam penulisan ini.
C. Penegasan Judul
Judul penulisan skripsi ini adalah
“Studi Tentang Korelasi Bimbingan Orang Tua dengan Aktivitas Belajar di Sekolah
bagi Siswa MTs Miftahul Ulum kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep”.
Agar tidak terjadi kesalah fahaman
dalam memberikan interprestasi terhadap judul di atas, maka penulis akan
mempertegas beberapa istilah yang terkandung didalamnya, yaitu:
1
Studi
Studi berasal dari bahasa inggris
“Study” menurut Prof. Drs. S. Wojowasito memiliki arti: (1)pelajaran, (2)tempat
belajar, (3)telaah, kk. belajar, mempelajari”.[4]
Sedangkan M Dahlan Al-Barry
memberikan pengertian sebagai berikut: “Studi adalah pendidikan, pengetahuan
dan penyelidikan”[5].
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa: kata studi disini dimaksudkan mempelajari atau menyelidiki
suatu masalah secara seksama dan ilmiah sehingga mendapatkan kesimpulan yang
dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
2
Korelasi
Korelasi asal katanya adalah “Correlation”
yang berarti: “perhubungan, dua
pengertian yang berhubungan”.[6]
Maka korelasi dalam judul ini yang penulis
maksudkan adalah hubungan dua variabel, yaitu antara bimbingan orang tua dalam
belajar dengan aktivitas belajar anak di skolah.
3
Bimbingan
Orang Tua
Di sini ada dua istilah yang masing-masing
mempunyai arti tersendiri, yaitu bimbingan dan orang tua.
Drs. D. Ketut Sukardi memberikan pengertian
bimbingan sebagai berikut:
Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar
mampu memperkembangkan potensi (bakat, minat dan kemampuan) yang dimiliki,
mengenali dirinya sendiri, mengatasai persoalan-persoalan sehingga mereka dapat
menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa tergantung
kepada orang lain.[7]
Sedangakan
pengertian oranng tua adalah terdiri dari bapak, ibu atau dianggap tua”.[8]
Jadi yang dimaksud dengan pengertian orang
tua adalah terdiri dari bapak, ibu atau wali yang bertanggung jawab langsung
terhadap anak.
Memadukan kedua pengertian tersebut diatas,
dapatlah penulis tegaskan bahwa bimbingan orang tua dalam judul ini adalah
bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh orang tua atau wali terhadap
anak-anaknya agar mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya,
mengenali dirinya, sehingga mampu hidup secara mandiri. Di dalam penelitian,
bimbingan orang tua berfungsi sebagai variebel independent.
4
Aktivatas
Belajar di Sekolah
Kata aktivitas berasal dari
bahasa inggris “activity” yang mempunyai arti “pekerjaan, kegiatan”.[9]
Sedangkan mnurut Nana sujdana,
belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman.[10]
Dengan demikian yang dimaksud aktivitas
belajar adalah serangkaian kegiatan psiko fisik anak yang sengaja
dilakukan dalam rangka terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Kemudian dengan alokasi aktivitas
belajar di sekolah, penulis maksudkan bahwa kegiatan belajar yang akan diteliti
hanya terbatas pada kegiatannya di sekolah yang pada hakikatnya merupakan
kegiatan dari serangkaian belajar di sekolah secara keseluruhan.
Dari penjelasan pengertian istilah
yang terdapat dalam judul, maka penulis dapat menarik kesimpulan umum bahwa
yang dimaksud dengan studi tentang korelasi bimbingan oramg tua dengan
aktivitas belajar di sekolah bagi siswa MTs Miftahu Ulum Kecamatan Lenteng
Kabupaten Sumenep adalah suatu penelitian atau penyelidikan secara ilmiah
tentang hubungan dua variabel, yaitu bimbingan orang tua atau wali dalam
belajar dengan aktivitas belajar anak di Sekolah.
D. Tujuan Pembahasan
Melihat kepada masalah yang telah
dirumuskan di muka, maka yang menjadi pokok tujuan dalam penelitian ini adalah:
“Untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara bimbingan orang tua
dalam belajar dengan aktivitas belajar siswa MTs Miftahul Ulum Kecamatan
Lenteng Kabupaten Sumenep”.
Kemudian secara terinci tujuan pokok
di atas dibagi-bagi lagi kepada tujuan yang lebih spesifik sebagai
berikut:
1.
Untuk
mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara bimbingan orag tua dalam
memberikan motivasi belajar dengan aktivitas belajar di sekolah bagi siswa MTs
Miftahul Ulum.
2.
Untuk
mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara bimbingan orang tua dalam
mengatur waktu belajar dengan aktivitas belajar di sekolah bagi siswa MTs
Miftahul Ulum.
3.
Untuk
mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara bimbingan orang tua dalam
menyediakan fasilitas belajar dengan aktivitas belajar di sekolah bagi siswa
MTs Miftahul Ulum.
E. Ruang Lingkup Pembahasan
Berdasarkan permasalahan yang ada, yaitu
tentang korelasi bimbingan orang tua dengan aktivitas belajar di sekolah, maka
ruang lingkup pembahasan adalah sebagai berikut:
1.
Bimbingan
orang tua dalam proses belajar
2.
Tinjauan
tentang aktifitas belajar anak di sekolah
3.
Hubungan
antara bimbingan orang tua dengan aktivitas belajar anak di sekolah.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan penelitian di atas, maka diharapkan
penelitian ini dapat memberikan manfaat yaitu, sebagai informasi kepada orang
tua bahwa betapa pentingnya bimbingan orang tua terhadap aktivitas belajar
anak, dan juga sebagai masukan kepada orang tua bahwa orang tua tidak boleh
sepenuhnya menyerahkan tanggung jawab kepada sekolah karena pendidikan yang
diberikan oleh orang tua adalah yang utama dan pertama dikenal oleh anak.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara-cara berfikir dan berbuat,
yang dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai
suatu tujuan penelitian.[11]
Ada tiga metode yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Metode
Penentuan Populasi dan Sampel
a.
Populasi
Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 1 dan II MTs Miftahul Ulum Kecamatan
Lenteng Kabupaten Sumenep. Berdasarkan studi eksploratif terhadap daerah
penelitian dapat diketahui bahwa jumlah siswa kelas I adalah 45 siswa dan kelas
II sebanyak 45 siswa terdiri dari putra dan putri. Untuk mewakili jumlah
daripada populasi ini, penulis akan menggunakan metode sampling.
b.
Sampel
Tentang berapa
banyakknya sampel yang harus ditetapkan, dalam hal ini tidak ada ketentuan yang
pasti. Prof. Drs. Sutrisno Hadi, MA. mengatakan: "Sebenarnya tidak ada
suatu ketentuan yang mutlak berapa persen yang harus diambil dari
populasi".[12]
Akan tetapi
meskipun tidak ada ketentuan berapa persen sampel itu harus diambil dari
populasi, penentuan sampel itu perlu. Maka dengan memperhitungkan kemungkinan
adanya kesesatan, penulis menetapkan jumlah sampel 20 siswa dari 45 siswa atau
sekitar 44,44% yang nantinya akan dijadikan responden. Dengan demikian
berarti penulis telah melangkah mempergunakan suatu metode yang disebut Quota
Sampling.
Quota
Sampling adalah: "Apabila penelitian mengambil
sampel dari suatu populasi penelitian dengan cara menetapkan sejumlah anggota
sampel secara quontum atau
jatah".[13]
Oleh karena
itu populasi terdiri dari tingkatan kelas, maka dipandang perlu untuk
memperhitungkan perimbangan jatah tadi. Pada tiap tingkatan kelas berdasarkan
jumlah siswa yang ada. Kemudian untuk tercapainya representasi, maka
penentuan respondennya dengan cara random teknik undian.
Pengambilan sampel dengan metode demikian disebut dengan proporsional
stratifieied random sampling, sebagaimana yang dikatakan oleh Prof.
Drs. Sutrisno Hadi, MA. bahwa:
"Jika stratified sampling memperhatikan perimbangan atau
proporsi individu dalam tiap stratum di sebut proporsional stratified
sampling. Selanjutnya proporsional stratified sampling yang
mempergunakan randomisasi dinamakan proporsional stratified random
sampling".[14]
Dengan
demikian dapatlah disimpulkan bahwa penentuan atau pengambilan sampel
penelitian ini mempergunakan metode quota proporsional stratified random
sampling, dengan rincian tiap kelas sebagai berikut:
-
Kelas I
sebanyak 45.
-
Kelas II
sebanyak 45.
2. Metode Pengumpulan Data
Ada tiga metode yang di pandang tepat
untuk menggali data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu:
a.
Metode
angket
Angket merupakan salah satu metode dalam
penelitian untuk menggali data yang dilakukan dengan jalan mendengarkan suatu
daftar pertanyaan berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada
sejumlah subyek untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan tertulis.
Demikian juga dikatakan oleh Drs.
Sanafiah Faisal bahwa: “Ciri khas angket terletak pada pengumpulan data melalui
daftar pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan
informasi atau keterangan dari sumber data yang berupa orang”.[15]
Sesuai dengan macamnya, maka angket
yang penulis pergunakan adalah:
1.
Angket
langsung dan tak langsung
Angket langsung artinya angket yang
diberikan kepada responden dan jawabannya langsung diperoleh dari mereka, yaitu
siswa, dalam hal ini mengenai jawaban tentang aktivitas belajar mereka di
sekolah.
Angket tak langsung artinya angket
yang pertanyaannya bermaksud menggali atau mencari jawaban tentang apa yang
diketahui responden mengenai obyek atau subyek tertentu. Dalam hal ini dipergunakan
untuk memperoleh jawaban tentang bimbingan orang orang tua dalam belajar
melalui responden anak/siswa.
2.
Angket
tertutup
Yaitu pada setiap item pertanyaan
disertai kemungkinan jawaban, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang
nilainya dianggap paling sesuai. Adapun kemungkinan jawaban pada setiap item
pertanyaan terdiri dari tiga jawaban atau alternatif jawaban. Oleh
karena itu dapat diklasifikasikan kepada angket tertutup dengan multiple
chois / pilihan ganda.
b.
Metode
Interview
Interview adalah suatu proses tanya
jawab lisan, dalam mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik,
yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinga sendiri
suaranya. Tampaknya merupakan alat pengumpulan informasi yang langsung tentang
beberapa jenis sosial baik yang terpendam maupun yang memanifes.[16]
Melalui metode ini penulis mengadakan tanya
jawab atau wawancara dengan kepala sekolah, guru-guru, wali kelas, guru BP,
orang tua siswa sebagai informasi untuk melengkapi data.
c.
Metode
Obsevasi
Untuk melengkapi cara memperoleh data yang
lebih lengkap, penulis mempergunakan metode observasi, yaitu mengamati, mencari
data-data beberapa fakta mengenai hal-hal yang ada hubungannya dengan
permasalahan.
Prof. Dr. Winarno Surakhmat M.Sc. Ed.
Menyatakan bahwa observasi adalah:
Teknik pengumpulan data dimana
penyelidik mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) maupun langsung
(dengan alat) terhadap gejala yang akan diselidiki, baik penelitian itu
dilakukan ke dalam situasi yang sebenarnya maupun dilakukan dalam situasi
buatan.[17]
Dengan demikian penulis menggunakan
metode observasi ini karena perlu adanya pengamatan secara langsung untuk
mendapatkan fakta-fakta yang tidak mungkin diperoleh melalui kedua yang telah
disebutkan.
Metode ini penulis terapkan sebagai metode bantu untuk mendapatkan
kejelasan dan memberikan keyakinan tentang data dari kedua variabel penelitian
ini. Kemudian dengan ini pula penulis dapat mengambil hal-hal yang dianggap
perlu dilaporkan dalam hasil penelitian ini.
3. Metode
Analisis Data.
Dengan mempergunakan beberapa metode pengumpulan data yang telah
disebutkan sebelumnya, maka selanjutnya penulis akan berhadapan dengan
data-data yang dibutuhkan. Data-data tersebut akan diolah dan dianalisa secara
statistik untuk dicari signifikasinya.
Untuk memperjelas apa yang disebut statistik, penulis ketengahkan
pendapat Prof. Drs. Sutrisno Hadi, MA., sebagai berikut:
Dalam pengertian luas, yaitu pengertian metodologi, statistik
berarti cara-cara yang dipersiapkan untuk mengumpulkan data, menyajikan dan
menganalisa data penyelidikan berupa angka-angka. Lebih jauh dari itu dapat
menyuguhkan dasar-dasar data yang dapat dipertanggung jawabkan untuk menarik
kesimpulan yang benar dan untuk mengambil keputusan yang baik.[18]
Sesuai dengan permasalahan yang ada
dalam penulisan ini, yaitu mencari tahu akan ada atau tidaknya korelasi
antara bimbingan orang tua dalam belajar dengan aktivitas belajar anak di
sekolah, maka metode analisanya penulis pergunakan statistik analisa data Yule’s
Q.
Menurut Drs. Mohammad Kasiram,
“Yule’s Q. Ini merupakan salah satu teknik analisa untuk mengukur tingkat atau
kekuatan suatu hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan teknik ini,
kecuali kita mengetahui bagaimana kuatnya hubungan antara dua variabel, juga
dapat mengetahui bagaimana hubungan tersebut”.[19]
Penggunaan analisa data Yule’s Q.
dalam penelitian ini dengan memakai cross product, yaitu dengan cara
menganalisis secara silang dari sel-sel yang ada. Adapun ketentuannya sebagai
berikut:
Untuk menganalisis dua variabel, dapat dirumuskan sebagai berikut :
Penafsiran
dan nilai arti dari Q dapat penulis kemukakan sebagai berikut:
-
Nilai Q
bergerak antara +1.00 dan -1.00. Tanda (+) menunjukkan korelasi positif,
maksudnya perubahan kearah positif dari variabel X akan diikuti oleh perubahan
kearah positif dari variabel Y.
-
Sebaliknya
tanda (-), berarti korelasi negatif, maksudnya bergeraknya variabel X ke arah
negatif, akan diikuti oleh bergeraknya variabel Y ke arah yang negatif.
-
Apabila
hasil Q.XY ternyata 0, berarti antara X dan Y tidak ada korelasi.
-
Secara
konvensional pengukuran kuatnya hubungan antara X dan Y, ditentukan
kriterianya sebagai berikut:
Nilai
Q
|
Arti
Penafsiran
|
+0,79
– keatas
+0,50
- +0,69
+0,30
- +0,49
+0,10
- +0,29
+0,01
- +0,09
0 – 0
-0,01
- -0,09
-0,10
- -0,29
-0,30
- -0,49
-0,50
- -0,69
-0,70
- kebawah
|
Hubungan positif yang sangat kuat
Hubungan positif yang kuat
Hubungan positif yang sedang
Hubungan positif yang rendah
Hubungan positif yang tak berarti
Tidak ada hubungan
Hubungan negatif yang tak berarti
Hubungan negatif yang rendah
Hubungan negatif yang sedang
Hubungan negatif yang kuat
Hubungan negatif yang sangat kuat
|
[1]Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
Proyek dan pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, Jakarta, 1993, hlm. 1079
[2]Sekretariat Negara RI, Undang-Undang Dasar, Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, Garis-Garis Besar
Haluan Negara, 1983, hlm. 7
[4]S.Wojowasito dan Titowasito W, Kamus Lengkap Inggris
Indonesia-Indonesia Inggris, Penerbit Hasta, Bandung, 1990, hlm.
217
[5]M. Dahlan Al-barry, Kamus IlmiahPopuler, Penerbit
Arkola, Surabaya 1994, hlm. 728
[6]Wojowasito dan Titowasito, Op.Cit., hlm. 33
[7]DD. Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan belajar di
Sekolah, Usaha Nasional, Surabaya, 1983, hlm. 65
[8]Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Penerbit Balai Pustaka, Jakarta, 1990, hlm. 629
[9]S. Wojowasito dan Titowasito W, Op.Cit., hlm. 2
[10]Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar
Mengajar, Penerbit Sinar Baru, Bandung 1989, hlm. 5
[11]Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial,
Penerbit Mandar Maju, Bandung, 1990, hlm. 20
[12]Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, Yayasan
Penerbitan Fak. Psikologi UGM, Yokyakarta, 1983, hlm. 73
[13]Mohammad Ali, Penelitian Kependidikan, Prosedur dan Strategi,
Penerbit Angkasa, Bandung, 1987, hlm. 68
[14]Sutrisno hadi, Op.Cit., hlm. 82
[15]Sanafiah Faisal, Dasar-Dasar dan Teknk Menyususn Angket,
Usaha Nasional, Surabaya, 1981, hlm. 2
[16]Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, Yayasan
Penerbitan Fak, Psikologi UGM, Yogyakarta, 1983, hlm. 192
[17]Winarno Surakhmat, Pengantar Penelitian Ilmiah,
Dasar dan Metoda Teknik, CV. Tarsito, Bandung, 1987, hlm. 162
[18]Surtisno Hadi, Metodologi Reserch III, Yayasan
Penerbit Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1987, hlm. 221
[19]Mohammad Kasiram, Teknik Analisa Two Variables Three Variables
Yule’s Q. Biro Penerbitan Fak. Tarbiyah, IAIN Sunan Ampel,
Malang, 1978, hlm. 4