Selasa, 15 Januari 2013

Hubungan Bimbingan Orang Tua Dengan Aktifitas Belajar



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Dengan maraknya reformasi di tanah air kita sekarang ini, adalah suatu upaya untuk menyikapi krisis total yang telah melanda bangsa. Upaya untuk keluar atau lepas dari belenggu krisis ini bukanlah masalah yang mudah dan sederhana, melainkan salah satu tanggapan besar yang dihadapi bangsa ini, termasuk didalamnya krisis pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan peningkatan dan pengembangan kualitas mental dan intelektual suatu bengsa.
Islam memandang pendidikan sebagai kebutuhan primer bagi kelangsungan hidup bangsa. Al-qur’an dalam wahyunya yang pertama kali turun, memerintahkan adanya belajar bagi seluruh manusia dengan firmannya surat Al-‘Alaq ayat 1-5:   
ا قر أ با سم ر بك الذ ى خلق (1) خلق الا نسا ن من علق (2) اقرأ وربك  الا اكرام      (3) الذي علم بالقلم (4)  علم الا نسا ن ما لم يعلم (5) . العلق : 1- 5 .
Artinya: “(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.(2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah. (4) Yang mengajari (manusia)dengan perantara kalam.(5) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui”.[1]
Arti dari ayat di atas baik implicit maupuan eksplisit menjelaskan bahwa Allah meniciptakan mahluknya dari unsur yang hina, kemudian memuliakannya dengan mengajarkan membaca dan menulis serta memberinya pengetahuan.
Perintah membaca dan mengulanginya sampai tiga kali pada ayat pertama tersebut mengandung interprestasi betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, baik dalam upaya meraih kesempurnaan hidup di dunia maupun di akhirat.
Tidak seorangpun menyangkal bahwa ilmu pengetahuan itu diperoleh melalui proses pendidikan. Pendidikan sebagai usaha sadar haruslah terencana, terprogram dengan tujuan idealnya mencapai kedewasaan terdidik baik rohani maupun jasmani.
Untuk tujuan itu, sejak dini pemerintah Indonesia mencanangkan kecerdasan bangsa sebagai bagian tujuan pokok kemerdekaan Negara. Hal ini dijabarkan dalam batang tubuh UUD 1945 Bab XIII pasal 31 ayat 1 dan 2 tentang pendidikan, yaitu:
1        Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran.
2        Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu system pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang.[2]
Berdasarkan kepada beberapa alasan di atas pentingnya pendidikan, timbul suatu pertanyaan siapakah yang bertanggung jawab atas terlaksananya pendidikan itu?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, dapatlah dukemukakan di sini apa yang tertuang di dalam GBHN. Tap MPR No. II/MPR/1983 walaupun MPR tersebut sudah di ressformasi, namun hasil pemikirannya masih sangat relevan dalam penulisan ini, yang menyatakan bahwa: “pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat, karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah”.[3]
Sejalan dengan statemen tentang tanggung jawab pendidikan pada tiga lembaga tersebut adalah pendapat Ki Hajar Dewantara yang dikenal dengan sebutan Tri Pusat Pendidikan, pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan masyarakat. Menurut pendapat beliau pendidikan keluarga adalah mendasari kedua pendidikan yang lain, karena pendidikan keluarga adalah yang utama dan pertama yang dikenal oleh anak.
Pendapat tentang penting dan utamanya pendidikan keluarga dibenarkan oleh ajaran agama islam, bahwa hitam putihnya seorang anak banyak ditentukan oleh ulah tangan kedua orang tuanya.
Merupakan salah satu kesalahan besar bagi orang tua bila tidak mampu mendidik anak-anaknya dengan baik, tidak mampu mewariskan nilai-nilai luhur akhlaqul karimah kepada anaknya, tidak membiasakan kepada anak nilai-nilai agama dan budaya bangsa seutuhnya, sehingga anak nantinya tersisih karena tidak berprestasi dan kalah bersaing dengan bangsa lain segenerasinya.
Memang ada anggapan sementara masyarakat khususnya orang tua bahwa setelah anak berusia cukup sekolah, kemudian memasuki pendidikan formal itu, maka pada saat itulah tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya dianggap berakhir dan beralih ke tangan para guru di sekolah. Disinilah suatu problem, bahwa orang tua tidak boleh sepenuhnya menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak-anaknya kepada sekolah. Sebab proses pendidikan itu tidak bisa terlepas dari mekanisme kerja dan partisipasi orang tua. Sekalipun orang tua tidak membantu langsung dalam bidang studi minimal orang tua memberikan bimbingan baik dalam bentuk motivasi, pengaturan waktu belajar, menyediakan fasilitas serta bantuan-bantuan lainnya dalam belajar anak. Dengan demikian aktivitas dan pengajaran sekolah dapat terbantu dengan baik.
Atas dasar ini semua, penulis memandang perlunya keterlibatan orang tua secara aktif di dalam bimbingan anak-anak mereka. Aktif belajar di rumah, agar dapat berprestasi tinggi di dalam proses mencapai kedewasaan.

B.     Rumusan Masalah

Adapun masalah-masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1        Adakah korelasi antara bimbingan orang tua dalam memberikan motivasi belajar dengan aktivitas belajar di sekolah bagi siswa MTs Miftahul Ulum Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep.
2        Adakah korelasi antara bimbingan orang tua dalam mengatur waktu belajar dengan aktivitas belajar di sekolah bagi siswa MTs Miftahul Ulum Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep.
3        Adakah korelasi antara bimbingan orang tua dalam menyediakan fasilitas belajar dengan aktivitas belajar di sekolah bagi siswa MTs Miftahul Ulum Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep.
Dari tiga hal tersebut di atas, dapat dijadikan indicator ada atau tidaknya korelasi antar bimbingan orang tua dalam belajar dengan aktivitas belajar siswa di sekolah yang akan di bahas dalam penulisan ini.

C.    Penegasan Judul

Judul penulisan skripsi ini adalah “Studi Tentang Korelasi Bimbingan Orang Tua dengan Aktivitas Belajar di Sekolah bagi Siswa MTs Miftahul Ulum kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep”.
Agar tidak terjadi kesalah fahaman dalam memberikan interprestasi terhadap judul di atas, maka penulis akan mempertegas beberapa istilah yang terkandung didalamnya, yaitu:
1        Studi
Studi berasal dari bahasa inggris “Study” menurut Prof. Drs. S. Wojowasito memiliki arti: (1)pelajaran, (2)tempat belajar, (3)telaah, kk. belajar, mempelajari”.[4]
Sedangkan M Dahlan Al-Barry memberikan pengertian sebagai berikut: “Studi adalah pendidikan, pengetahuan dan penyelidikan”[5].
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa: kata studi disini dimaksudkan mempelajari atau menyelidiki suatu masalah secara seksama dan ilmiah sehingga mendapatkan kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
2        Korelasi
Korelasi asal katanya adalah “Correlation” yang berarti:  “perhubungan, dua pengertian yang berhubungan”.[6]
Maka korelasi dalam judul ini yang penulis maksudkan adalah hubungan dua variabel, yaitu antara bimbingan orang tua dalam belajar dengan aktivitas belajar anak di skolah.
3        Bimbingan Orang Tua
Di sini ada dua istilah yang masing-masing mempunyai arti tersendiri, yaitu bimbingan dan orang tua.
Drs. D. Ketut Sukardi memberikan pengertian bimbingan sebagai berikut:
Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar mampu memperkembangkan potensi (bakat, minat dan kemampuan) yang dimiliki, mengenali dirinya sendiri, mengatasai persoalan-persoalan sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa tergantung kepada orang lain.[7]
            Sedangakan pengertian oranng tua adalah terdiri dari bapak, ibu atau dianggap tua”.[8]
Jadi yang dimaksud dengan pengertian orang tua adalah terdiri dari bapak, ibu atau wali yang bertanggung jawab langsung terhadap anak.
Memadukan kedua pengertian tersebut diatas, dapatlah penulis tegaskan bahwa bimbingan orang tua dalam judul ini adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh orang tua atau wali terhadap anak-anaknya agar mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya, mengenali dirinya, sehingga mampu hidup secara mandiri. Di dalam penelitian, bimbingan orang tua berfungsi sebagai variebel independent.
4        Aktivatas Belajar di Sekolah
Kata aktivitas berasal dari bahasa inggris “activity” yang mempunyai arti “pekerjaan, kegiatan”.[9]
Sedangkan mnurut Nana sujdana, belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman.[10] 
Dengan demikian yang dimaksud aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan psiko fisik anak yang sengaja dilakukan dalam rangka terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Kemudian dengan alokasi aktivitas belajar di sekolah, penulis maksudkan bahwa kegiatan belajar yang akan diteliti hanya terbatas pada kegiatannya di sekolah yang pada hakikatnya merupakan kegiatan dari serangkaian belajar di sekolah secara keseluruhan.
Dari penjelasan pengertian istilah yang terdapat dalam judul, maka penulis dapat menarik kesimpulan umum bahwa yang dimaksud dengan studi tentang korelasi bimbingan oramg tua dengan aktivitas belajar di sekolah bagi siswa MTs Miftahu Ulum Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep adalah suatu penelitian atau penyelidikan secara ilmiah tentang hubungan dua variabel, yaitu bimbingan orang tua atau wali dalam belajar dengan aktivitas belajar anak di Sekolah.

D.    Tujuan Pembahasan

Melihat kepada masalah yang telah dirumuskan di muka, maka yang menjadi pokok tujuan dalam penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara bimbingan orang tua dalam belajar dengan aktivitas belajar siswa MTs Miftahul Ulum Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep”.
Kemudian secara terinci tujuan pokok di atas dibagi-bagi lagi kepada tujuan yang lebih spesifik sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara bimbingan orag tua dalam memberikan motivasi belajar dengan aktivitas belajar di sekolah bagi siswa MTs Miftahul Ulum.
2.      Untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara bimbingan orang tua dalam mengatur waktu belajar dengan aktivitas belajar di sekolah bagi siswa MTs Miftahul Ulum.
3.      Untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara bimbingan orang tua dalam menyediakan fasilitas belajar dengan aktivitas belajar di sekolah bagi siswa MTs Miftahul Ulum.

E.     Ruang Lingkup Pembahasan

Berdasarkan permasalahan yang ada, yaitu tentang korelasi bimbingan orang tua dengan aktivitas belajar di sekolah, maka ruang lingkup pembahasan adalah sebagai berikut:
1.       Bimbingan orang tua dalam proses belajar
2.       Tinjauan tentang aktifitas belajar anak di sekolah
3.       Hubungan antara bimbingan orang tua dengan aktivitas belajar anak di sekolah.

F.     Manfaat Penelitian

Berdasarkan penelitian di atas, maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat yaitu, sebagai informasi kepada orang tua bahwa betapa pentingnya bimbingan orang tua terhadap aktivitas belajar anak, dan juga sebagai masukan kepada orang tua bahwa orang tua tidak boleh sepenuhnya menyerahkan tanggung jawab kepada sekolah karena pendidikan yang diberikan oleh orang tua adalah yang utama dan pertama dikenal oleh anak.

G.    Metode Penelitian 

Metode penelitian adalah cara-cara berfikir dan berbuat, yang dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai suatu tujuan penelitian.[11] Ada tiga metode yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini, yaitu:

1.  Metode Penentuan Populasi dan Sampel
a.       Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 1 dan II MTs Miftahul Ulum Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep. Berdasarkan studi eksploratif terhadap daerah penelitian dapat diketahui bahwa jumlah siswa kelas I adalah 45 siswa dan kelas II sebanyak 45 siswa terdiri dari putra dan putri. Untuk mewakili jumlah daripada populasi ini, penulis akan menggunakan metode sampling.
b.      Sampel
Tentang berapa banyakknya sampel yang harus ditetapkan, dalam hal ini tidak ada ketentuan yang pasti. Prof. Drs. Sutrisno Hadi, MA. mengatakan: "Sebenarnya tidak ada suatu ketentuan yang mutlak berapa persen yang harus diambil dari populasi".[12]
Akan tetapi meskipun tidak ada ketentuan berapa persen sampel itu harus diambil dari populasi, penentuan sampel itu perlu. Maka dengan memperhitungkan kemungkinan adanya kesesatan, penulis menetapkan jumlah sampel 20 siswa dari 45 siswa atau sekitar 44,44% yang nantinya akan dijadikan responden. Dengan demikian berarti penulis telah melangkah mempergunakan suatu metode yang disebut Quota Sampling.
Quota Sampling adalah: "Apabila penelitian mengambil sampel dari suatu populasi penelitian dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara quontum  atau jatah".[13]
Oleh karena itu populasi terdiri dari tingkatan kelas, maka dipandang perlu untuk memperhitungkan perimbangan jatah tadi. Pada tiap tingkatan kelas berdasarkan jumlah siswa yang ada. Kemudian untuk tercapainya representasi, maka penentuan respondennya dengan cara random teknik undian. Pengambilan sampel dengan metode demikian disebut dengan proporsional stratifieied random sampling, sebagaimana yang dikatakan oleh Prof. Drs. Sutrisno Hadi, MA. bahwa:
"Jika stratified sampling memperhatikan perimbangan atau proporsi individu dalam tiap stratum di sebut proporsional stratified sampling. Selanjutnya proporsional stratified sampling yang mempergunakan randomisasi dinamakan proporsional stratified random sampling".[14]
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa penentuan atau pengambilan sampel penelitian ini mempergunakan metode quota proporsional stratified random sampling, dengan rincian tiap kelas sebagai berikut:
-        Kelas I sebanyak 45.      
-        Kelas II sebanyak 45.     

2.   Metode Pengumpulan Data

Ada tiga metode yang di pandang tepat untuk menggali data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu:
a.      Metode angket
Angket merupakan salah satu metode dalam penelitian untuk menggali data yang dilakukan dengan jalan mendengarkan suatu daftar pertanyaan berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan tertulis.
Demikian juga dikatakan oleh Drs. Sanafiah Faisal bahwa: “Ciri khas angket terletak pada pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari sumber data yang berupa orang”.[15]
Sesuai dengan macamnya, maka angket yang penulis pergunakan adalah:
1.      Angket langsung dan tak langsung
Angket langsung artinya angket yang diberikan kepada responden dan jawabannya langsung diperoleh dari mereka, yaitu siswa, dalam hal ini mengenai jawaban tentang aktivitas belajar mereka di sekolah.
Angket tak langsung artinya angket yang pertanyaannya bermaksud menggali atau mencari jawaban tentang apa yang diketahui responden mengenai obyek atau subyek tertentu. Dalam hal ini dipergunakan untuk memperoleh jawaban tentang bimbingan orang orang tua dalam belajar melalui responden anak/siswa.
2.      Angket tertutup
Yaitu pada setiap item pertanyaan disertai kemungkinan jawaban, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang nilainya dianggap paling sesuai. Adapun kemungkinan jawaban pada setiap item pertanyaan terdiri dari tiga jawaban atau alternatif jawaban. Oleh karena itu dapat diklasifikasikan kepada angket tertutup dengan multiple chois / pilihan ganda.
b.      Metode Interview
Interview adalah suatu proses tanya jawab lisan, dalam mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinga sendiri suaranya. Tampaknya merupakan alat pengumpulan informasi yang langsung tentang beberapa jenis sosial baik yang terpendam maupun yang memanifes.[16]
Melalui metode ini penulis mengadakan tanya jawab atau wawancara dengan kepala sekolah, guru-guru, wali kelas, guru BP, orang tua siswa sebagai informasi untuk melengkapi data.

c.       Metode Obsevasi
Untuk melengkapi cara memperoleh data yang lebih lengkap, penulis mempergunakan metode observasi, yaitu mengamati, mencari data-data beberapa fakta mengenai hal-hal yang ada hubungannya dengan permasalahan.
Prof. Dr. Winarno Surakhmat M.Sc. Ed. Menyatakan bahwa observasi adalah:
Teknik pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) maupun langsung (dengan alat) terhadap gejala yang akan diselidiki, baik penelitian itu dilakukan ke dalam situasi yang sebenarnya maupun dilakukan dalam situasi buatan.[17]
Dengan demikian penulis menggunakan metode observasi ini karena perlu adanya pengamatan secara langsung untuk mendapatkan fakta-fakta yang tidak mungkin diperoleh melalui kedua yang telah disebutkan.
Metode ini penulis terapkan sebagai metode bantu untuk mendapatkan kejelasan dan memberikan keyakinan tentang data dari kedua variabel penelitian ini. Kemudian dengan ini pula penulis dapat mengambil hal-hal yang dianggap perlu dilaporkan dalam hasil penelitian ini.

3.   Metode Analisis Data.
Dengan mempergunakan beberapa metode pengumpulan data yang telah disebutkan sebelumnya, maka selanjutnya penulis akan berhadapan dengan data-data yang dibutuhkan. Data-data tersebut akan diolah dan dianalisa secara statistik untuk dicari signifikasinya.
Untuk memperjelas apa yang disebut statistik, penulis ketengahkan pendapat Prof. Drs. Sutrisno Hadi, MA., sebagai berikut:
Dalam pengertian luas, yaitu pengertian metodologi, statistik berarti cara-cara yang dipersiapkan untuk mengumpulkan data, menyajikan dan menganalisa data penyelidikan berupa angka-angka. Lebih jauh dari itu dapat menyuguhkan dasar-dasar data yang dapat dipertanggung jawabkan untuk menarik kesimpulan yang benar dan untuk mengambil keputusan yang baik.[18] 
Sesuai dengan permasalahan yang ada dalam penulisan ini, yaitu mencari tahu akan ada atau tidaknya korelasi antara bimbingan orang tua dalam belajar dengan aktivitas belajar anak di sekolah, maka metode analisanya penulis pergunakan statistik analisa data Yule’s Q.
Menurut Drs. Mohammad Kasiram, “Yule’s Q. Ini merupakan salah satu teknik analisa untuk mengukur tingkat atau kekuatan suatu hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan teknik ini, kecuali kita mengetahui bagaimana kuatnya hubungan antara dua variabel, juga dapat mengetahui bagaimana hubungan tersebut”.[19]
Penggunaan analisa data Yule’s Q. dalam penelitian ini dengan memakai cross product, yaitu dengan cara menganalisis secara silang dari sel-sel yang ada. Adapun ketentuannya sebagai berikut:
Untuk menganalisis dua variabel, dapat dirumuskan sebagai berikut :
Penafsiran dan nilai arti dari Q dapat penulis kemukakan sebagai berikut:
-        Nilai Q bergerak antara +1.00 dan -1.00. Tanda (+) menunjukkan korelasi positif, maksudnya perubahan kearah positif dari variabel X akan diikuti oleh perubahan kearah positif dari variabel Y.
-        Sebaliknya tanda (-), berarti korelasi negatif, maksudnya bergeraknya variabel X ke arah negatif, akan diikuti oleh bergeraknya variabel Y ke arah yang negatif.
-        Apabila hasil Q.XY ternyata 0, berarti antara X dan Y tidak ada korelasi.
-        Secara konvensional pengukuran kuatnya hubungan antara X dan Y, ditentukan kriterianya sebagai berikut:
Nilai Q
Arti Penafsiran
+0,79 – keatas
+0,50 - +0,69
+0,30 - +0,49
+0,10 - +0,29
+0,01 - +0,09
0 – 0
-0,01 - -0,09
-0,10 - -0,29
-0,30 - -0,49
-0,50 - -0,69
-0,70 - kebawah
Hubungan positif yang sangat kuat
Hubungan positif yang kuat
Hubungan positif yang sedang
Hubungan positif yang rendah
Hubungan positif yang tak berarti
Tidak ada hubungan
Hubungan negatif yang tak berarti
Hubungan negatif yang rendah
Hubungan negatif yang sedang
Hubungan negatif yang kuat
Hubungan negatif yang sangat kuat


[1]Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Proyek dan pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, Jakarta, 1993, hlm. 1079
[2]Sekretariat Negara RI, Undang-Undang Dasar, Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, Garis-Garis Besar Haluan Negara, 1983, hlm. 7
[3]Ibid., hlm. 7
[4]S.Wojowasito dan Titowasito W, Kamus Lengkap Inggris Indonesia-Indonesia Inggris, Penerbit Hasta, Bandung, 1990, hlm. 217
[5]M. Dahlan Al-barry, Kamus IlmiahPopuler, Penerbit Arkola, Surabaya 1994, hlm. 728
[6]Wojowasito dan Titowasito, Op.Cit., hlm. 33
[7]DD. Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan belajar di Sekolah, Usaha Nasional, Surabaya, 1983, hlm. 65
[8]Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penerbit Balai Pustaka, Jakarta, 1990, hlm. 629
[9]S. Wojowasito dan Titowasito W, Op.Cit., hlm. 2
[10]Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar, Penerbit Sinar Baru, Bandung 1989, hlm. 5
[11]Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Penerbit Mandar Maju, Bandung, 1990, hlm. 20
[12]Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, Yayasan Penerbitan Fak. Psikologi UGM, Yokyakarta, 1983, hlm. 73
[13]Mohammad Ali, Penelitian Kependidikan, Prosedur dan Strategi, Penerbit Angkasa, Bandung, 1987, hlm. 68
[14]Sutrisno hadi, Op.Cit., hlm. 82
[15]Sanafiah Faisal, Dasar-Dasar dan Teknk Menyususn Angket, Usaha Nasional, Surabaya, 1981, hlm. 2
[16]Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, Yayasan Penerbitan Fak, Psikologi UGM, Yogyakarta, 1983, hlm. 192
[17]Winarno Surakhmat, Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar dan Metoda Teknik, CV. Tarsito, Bandung, 1987, hlm. 162
[18]Surtisno Hadi, Metodologi Reserch III, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1987, hlm. 221
[19]Mohammad Kasiram, Teknik Analisa Two Variables Three Variables Yule’s Q. Biro Penerbitan Fak. Tarbiyah, IAIN Sunan Ampel, Malang, 1978, hlm. 4